LEGENDA BUJANG SEMBILAN (SEBUAH TRAGEDI KISAH KASIH di ASAL MUASAL DANAU MANINJAU) Bagian 2
“Ehem..”suara itu tiba-tiba mengejutkan mereka, Giran yang hendak membalas pantun Sani terdiam, pantunnya tercekat di kerongkongan, ditelan kembali. suasana asmara yang sudah terjalin tadi seketika meruak menjadi canggung satu sama lain. “Mak Datuak”, Sani menyapa mamaknya yang keluar dari kamarnya, sejenak kemudian dia kembali menunduk malu, melihat Datuak Rimbatang yang tersenyum, mungkin berbalas pantunnya dengan Giran tadi disimak oleh mamaknya. Giran sudah berlalu ke luar rumah. “Bagaimana keadaan Mamak sekarang?” Sani dengan segera menghilangkan kecanggungan yang dirasakannya. Datuak Rimbatang duduk di hadapan Sani, “sekarang sudah mendingan, Sani.” Katanya. “Jauh benar berkurang berat badan Mamak.” Ujar Sani prihatin. “Mamak Cuma dapat demam biasa, Sani. Demam penambah nafsu makan.” Datuak Rimbatang tersenyum. “Bagaimana keadaan kalian di sana?” Datuak Rimbatang bertanya. “Ada sehat semuanya, Mak.” Jawab Sani. “hmm..Syukurlah kalau begi...